KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PESISIR DI PULAU MAHUMU KECAMATAN TAMAKO KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

  • Eunike Irene Kumaseh Politeknik Negeri Nusa Utara
  • Costantein Imanuel Sarapil Politeknik Negeri Nusa Utara
Keywords: kearifan lokal, budaya, masyarakat pesisir, pulau mahumu

Abstract

Pulau Mahumu yang terletak pada koordinat 3  24’11,970” LU dan 125  34’ 2,382” BT (KKP, 2012). Pulau Mahumu merupakan salah satu pulau yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jarak tempuh dari ibukota Kecamatan Tamako yaitu 8 km dan jarak tempuh dari ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu 53 km, dengan menggunakan perahu motor. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai Petani yaitu sebesar 53,14 % dan kemudian diikuti oleh nelayan sebesar 40 %. Kondisi sosial budaya di Kampung Mahumu yaitu masyarakat memiliki tingkat solidaritas yang tinggi, serta sifat kekeluargaan dan gotong royong yang tinggi.  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai – nilai kearifan lokal di Pulau Mahumu dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir di Pulau Mahumu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan (observasi), wawancara mendalam (indepth interview) serta studi kepustakaan. Pengamatan yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati situasi dan kondisi lingkungan serta perilaku masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Pulau Mahumu mempunyai rasa solidaritas dan kekeluargaan yang tinggi. Kearifan lokal di Pulau Mahumu seperti menoma, tidak boleh memotong pohon bakau, serta gotong royong membangun rumah. Kearifan lokal tersebut menjaga keberlangsungan hidup di pulau kecil dan keberlanjutan sumber daya laut dan perikanan. Kearifan lokal yang ada di Pulau Mahumu merupakan daya tarik tersendiri dalam pengembangan wisata bahari pada Klaster Teluk Dagho.

Mahumu Island is located at the coordinates of 3° 24'11.970" North Latitude and 125° 34' 2.382" East Longitude (KKP, 2012). Mahumu Island is one of the islands included in the administrative area of ​​​​Tamako District, Sangihe Islands Regency. The distance from the capital of Tamako District is 8 km and the distance from the capital of Sangihe Islands Regency is 53 km, by using a motor boat. Most of the population work as farmers, which is 53.14% and then followed by fishermen by 40%. The socio-cultural conditions in Mahumu Village are that the community has a high level of solidarity, as well as a high level of kinship and mutual cooperation. This study aims to describe the values ​​of local wisdom on Mahumu Island in relation to the management of coastal areas on Mahumu Island. The method used in this research is observation (observation), in-depth interview (in-depth interview) and literature study. Observation is a technique of collecting data by observing environmental situations and conditions as well as community behavior. The results showed that the people on Mahumu Island had a high sense of solidarity and kinship. Local wisdom on Mahumu Island, such as menoma, is not allowed to cut mangrove trees, and mutual cooperation in building houses. This local wisdom maintains the survival of small islands and the sustainability of marine and fishery resources. The local wisdom that exists on Mahumu Island is the main attraction in the development of marine tourism in the Dagho Bay Cluster.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Alwi, I., Mustansyir, R., & Hadi, P. H. 2017. Natural Disaster Managements in Indonesia: Perspective of Local Wisdom and Heidegger Hermeneutics. Al albab, 6(1): 79 – 96

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe. 2019. Kecamatan Tamako dalam Angka 2021. BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe: Tahuna

Basyuni, M., Rouf, R. A., Saragih, M., Asbi, A. M., & Yuriswan, W. 2017. Local Wisdom and Mitigation Action to Maintain Secondary Mangrove Forest: A Case Study of Jaring Halus Village in Langkat, North Sumatra, Indonesia. Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR) 1st International Conference on Social and Political Development (ICOSOP 2016), 81: 551 – 555

Bungin, H. M. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana: Jakarta

Departemen Kebudayaan & Pariwisata. 2007. Kearifan Tradisional Masyarakat Nelayan Kampung Batunderang yang Berkaitan dengan Pemeliharaan Lingkungan Alam di Kabupaten Kepulauan Sangihe – Sulawesi Utara.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film: Jakarta

Hasriyanti, Salam, N. P., & Sartina. 2021. Local Wisdom in Sustainable Management of Marine Resources: A Case Study of Coastal Communities in Panyula Village Bone Regency. La Geografia, 20(1): 77 – 83

Juniarta, H. P., Susilo, E. & Primyastanto, M. 2013. Kajian Profil Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Pulau Gili Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Jurnal ECSOFiM, 1(1): 11 – 25

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Direktori Pulau – Pulau Kecil Indonesia. Direktorat Pendayagunaan Pulau – Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/6521#eshp, diakses pada tanggal 27/02/2021

Kumaseh, E. I., Sarapil, C. I., Ikhtiagung, G. N., & Puspaputri, E. 2020. Kajian Sosial Ekonomi terhadap Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Laut dan Pesisir di Pulau Bebalang Kecamatan Manganitu Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Ilmiah Tindalung, 6 (2) : 46 – 54

Kusnadi. 2006. Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung Humaniora Utama Press: Bandung

Lahengko, Y. 2020. Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Politico, 9(4) : 1 – 12

Naping, H., Safriadi, & Musywirah, I. 2019. A strategy of local wisdom-based natural disaster management in coastal communities in Barru district. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 235(2019) 012033, doi: 10.1088/1755-1315/235/1/012033

Ratmaya, W. 2013. Seke dan Ikan Malalugis di Desa Bebalang, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 8(0): 91-97

Saleh, S. 2013. Kearifan Lokal Masyarakat Kaili di Sulawesi Tengah. Jurnal Academica Fisip Untad, 5( 2) : 1126 – 1134

Saptomo, A. 2010. Hukum & Kearifan Lokal: Revitalisasi Hukum Adat Nusantara. Grasindo: Jakarta

Sarapil, C. I., Tamarol, J., & Kumaseh, E. I. 2019. Potret Masyarakat Nelayan Penangkap Ikan di Pulau Lipang Kecamatan Kendahe Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Tindalung, 5(2) : 61 – 70

Satria, A. 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta

Setiawan, A. 2015. Pengembangan Technopark Kelautan dan Perikanan (TPKP) di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan: Jakarta

Subagiyo, A., Wijayanti, W. P., & Zakiyah, D. M. 2017. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil. Universitas Brawijaya Press: Malang

Utina, R. 2012. Kecerdasan Ekologis dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bajo Desa Torosiaje Provinsi Gorontalo. Prosiding Konferensi dan Seminar Nasional Pusat Studi Lingkungan Hidup ke-21, ISBN 978-602-18848-0-5, Hal. 14 – 20

Published
2022-12-21