PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANALU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA

  • Chandrayani Simanjorang Politeknik Negeri Nusa Utara
  • Nasrin Kodim Politeknik Negeri Nusa Utara
Keywords: pengetahuan, kepatuhan, kelambu berinsektisida, malaria

Abstract

Provinsi Sulawesi utara khususnya Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan salah satu daerah endemis malaria. Hampir setiap tahun kasus malaria mengalami peningkatan. Paling tidak pada 5 tahun terakhir, angka kesakitan malaria tinggi, dengan Annual Parasite Incidence (API) lebih dari 5per 1.000 penduduk, dengan jumlah kasus terbanyakdi wilayah kerja Puskesmas Manalu Kecamatan Tabukan Selatan, dengan kasus positif 226. Berdasarkan data tersebut maka wilayah ini menjadi salah satu daerah sasaran intervensi kelambu. Sejak tahun 2011 dilakukan pembagian kelambu berinsektisida di wilayah kerja Puskesmas Manaluyang merupakan kategori endemis malaria. Setiap Keluarga mendapatkan 1 atau 2 kelambu. Jika terdapat Ibu hamil atau balita maka akan mendapatkan tambahan kelambu. untuk wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada tahun 2020 diharapakan dapat tercapai eliminasi malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat yang telah dibagikan sejak tahun 2011. Penelitian observasional ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Manalu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, pada bulan April hingga Juni 2016. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 103 Kepala Keluarga yang menerima kelambu. Hasilpenelitian menemukan, sebagian besar responden (98 persen) mempunyai pengetahuan yang baik tentang kelambu berinsektisida dan patuh menggunakan kelambu ketika tidur malam (83,1 persen), sekitar 96,1 persen memasang kelambu dengan benar, sekitar 85,7 persen responden memelihara dan mencuci kelambu dan sekitar 93,9 persen menjemur langsung di bawah sinar matahari. Saat ini, kelambu yang dimiliki masyarakat adalah kelambu berinsektisida (96,8 persen) dan kelambu biasa (3,2 persen). Meskipun telah mempunyai pengetahuan dan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida yang baik, pada kenyataannya hingga saat ini endemisitas malaria masih tergolong tinggi (API lebih besar 5). Oleh sebab itu perlu dicari faktorlain, meliputi kondisi geografis wilayah, kondisi sosial masyarakat, dan usia kelambu. Geografis wilayahyang sebagian besar berupa rawa dan pantai (98,1 persen), kondisi ini dapat mempengaruhi banyak tempat perindukan nyamuk, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan dengan aktifitas di luar rumah,sejak subuh sampai malam.Usia kelambu saat ini sudah sekitar 6 tahun sehingga perlu program replacement kelambu berinsektisida oleh pemerintah untuk mencegah secara optimal gigitan nyamuk ketikasedang tidur pada malam hari.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Bustan, M,N., & Arsunan A. 1997. Pengantar Epidemiology. Rineka Cipta: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen PP & PL Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Pengantar Survey Kesehatan Nasional, Survey.

Terpadu Mendukung Indonesia Sehat 2010.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) Badan Litbangkes, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Epedemiologi Malaria, Ditjen PP & PL Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pemberantasan Vektor Malaria. Ditjen PP & PL Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2010. Kelambu Berinsektisida. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL) Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2011. Epidemiologi Malaria, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan ISSN 2088 – 270X Triwulan I. Jakarta; Depkes RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Kepulauam Sangihe.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Kepulaun Sangihe.

Ernawati, dkk. 2011. Hubungan Faktor Risiko dan Lingkungan Rumah dengan Malaria di Punduh Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 2, Desember 2011: 51-57

Fahrany, Ahmad. 2010. Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida dengan Kejadian Penyakit Malaria di Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Green, dkk. 1980. Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The Jhon.

Hopkins University, Mayfiled Publishing Co. 1980.
Gunawan S, Epidemiologi Malaria, dalam: Harijanto,P.N. Malaria Epidemiologi.

Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta: 2000.

Harijanto, dkk, Malaria: Dari Molekuler ke Klinis.Penerbit
Buku Kedokteran ECG. Jakarta: 2009

Kleinbaum DG, Kupper LL dan Morgestern, H. Epidemiologic Research. Van

Nostrand Reinhold Company. New York, 1982.

Kleinbaum DG. 1994. Logistic Regression, a self Learning,
Text, USA Kupper LL dan Morgestern, H. Epidemiologic
Research. Van Nostrand Reinhold Company. New York,
1982.

Kodim, N. 2014. Kelambu Berinsektisida : Yang berguna, yang
Diabaikan, Jurnal Kedokteran Indonesia Edisi No. 03 Vol.
XL – 2014.

Kusumajaya. 2000. Pengaruh Tempat Perindukan Nyamuk
Terhadap Kejadian Malaria Di Wilayah Kecamatan
Toboali Kabupaten Bangka Tahun 2000, Tesis Pasca
Sarjana FKM UI Depok, 2003.

Lemeshow S, dkk. 1997. Besar SAmpel Dalam Penelitian
Kesehatan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Notoatmojo S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta.

Notoatmojo S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Rineka Cipta, Jakarta.

Pratamawati. 2014. Kelambu Berinsektisida Pencegah Malaria
Dalam Penerimaan Masyarakat di Indonesia, Artikel Edisi
No. 03 Vol. XL – 2014.
Published
2017-03-01